Manajer media sosial adalah salah satu jabatan yang sekilas terdengar mudah, tapi sebenarnya membutuhkan berbagai keterampilan kreatif. Popularitas media sosial yang tinggi membuat kanal pemasaran ini sangat berharga untuk membantu perusahaan meraih pengguna dalam jumlah besar. Tapi tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa tenaga manajer media sosial yang andal.
Bila kamu berencana terjun ke profesi manajer media sosial, “bisa posting di media sosial” saja tidak cukup untuk jadi modalmu. Begitu pula bila kamu akan merekrut karyawan baru untuk mengisi posisi itu. Pastikan bahwa beberapa keterampilan berikut ada dalam calon karyawan agar penggunaan media sosial bisa mendatangkan hasil optimal.
Mampu membuat konten menarik
“Konten adalah raja,” demikian kalimat yang pernah diungkapkan Bill Gates. Dua puluh tahun berlalu setelahnya, kata-kata ini benar-benar terbukti.
Begitu banyak platform penyedia konten di internet dengan berbagai cara penyajian dan cara konsumsi. Dalam konteks media sosial, konten terbagi ke dalam tiga bentuk utama yaitu teks, gambar, dan video.
Salah satu tugas manajer media sosial adalah pembuatan konten, karena itu skill menulis yang baik menjadi sebuah keharusan. Produksi gambar dan video yang rumit lebih baik diserahkan pada desainer/produser video, tapi memiliki dasar-dasar desain adalah nilai plus yang sangat besar karena sesekali manajer media sosial juga perlu membuat konten multimedia sendiri.
Facebook memberikan keleluasaan cukup tinggi seputar jenis konten, tapi tidak demikian dengan Instagram, Twitter, atau Pinterest. Pengetahuan akan konten apa yang cocok untuk platform media sosial spesifik sangat penting untuk menghasilkan engagement terbaik. Belajar dasar ilmu psikologi perilaku (behavioral psychology) juga berguna agar kamu tahu mengapa suatu konten digemari oleh konsumen.
Manajer media sosial harus rajin mengikuti tren
Popularitas konten media sosial sangat terpengaruh oleh tren. Manajer media sosial yang baik harus rajin mengikuti berita dan mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap berita, tren, atau hashtag populer, kemudian memanfaatkannya sebagai materi promosi. Proses ini disebut sebagai “newsjacking”.
Newsjacking bisa menjadi alat yang ampuh, tapi bisa dieksekusi dengan salah justru bisa jadi bumerang. Masalah yang bisa muncul antara lain plagiarisme, juga penggunaan humor atau ungkapan sensitif yang bisa menyinggung pihak tertentu. Hindari hal-hal seperti ini. Bila terlanjur terjadi, manajer media sosial harus bisa menanggapinya secara tenang dan diplomatis.
Bila kamu kesulitan menemukan tren-tren terkini atau mencari topik yang relevan dengan promosimu, kamu bisa menggunakan beberapa alat bantu. Misalnya Buzzsumo, Feedly, atau Scoop.it.
Mampu melakukan analisis dan perencanaan
Sama seperti proses pemasaran lain, promosi di media sosial perlu evaluasi dan perencanaan. Setiap media sosial memiliki berbagai metrik analitis yang berbeda, misalnya view, reach, dan lain-lain. Data di luar metrik analitik, seperti jumlah lead yang dihasilkan atau jumlah komplain konsumen yang berhasil ditangani, juga dapat menjadi data pendukung yang berguna.
Perilaku pengguna media sosial berdampak besar pada keberhasilan promosi. Gunakanlah kalender untuk mengatur jadwal konten yang akan kamu munculkan. Manajer media sosial harus mampu menganalisis hal-hal seperti ini untuk membuat rencana promosi yang efektif, terutama promosi berbayar.
Mampu berkomunikasi dan bekerja sama
Sebagai orang yang akan banyak memerankan “wajah” perusahaan, manajer media sosial harus paham bagaimana cara membangun hubungan baik dengan komunitas. Tidak hanya melalui konten, tapi juga melalui bermacam interaksi baik online ataupun bila kamu mengadakan acara offline. Buat komunitas tetap aktif dengan melempar pertanyaan dan bahan diskusi menarik di sela-sela promosi.
Skill berpikir secara tenang, pengetahuan yang baik tentang produk/perusahaan itu sendiri, serta mindset melayani konsumen adalah beberapa modal penting untuk profesi manajer media sosial. Bila hal-hal tersebut terdengar seperti tugas kru customer service, itu wajar, sebab media sosial juga sering digunakan konsumen untuk melayangkan pertanyaan atau komplain.
Pada perjalanannya, manajer media sosial mungkin akan berhubungan dengan divisi humas perusahaan, rekan-rekan media, bahkan developer produk (misalnya bila ada konsumen yang bertanya tentang hal teknis). Dibutuhkan kerja sama yang baik agar konten media sosial berjalan sinergis dengan kinerja perusahaan secara menyeluruh.
Memiliki rekam jejak yang terpercaya
Poin terakhir ini adalah poin yang dibutuhkan semua profesi, tapi menjadi istimewa dalam pekerjaan yang berhubungan dengan humas. Apabila seseorang pernah diberhentikan dari jabatan manajer media sosial karena membuat masalah di perusahaan lain, sebaiknya kamu berpikir dua kali sebelum merekrutnya.
Bukan berarti kamu tidak boleh merekrutnya sama sekali. Tapi kamu harus hati-hati dan memastikan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Melihat banyaknya skill yang dibutuhkan, pekerjaan sebagai manajer media sosial mungkin terdengar menakutkan. Tapi sebetulnya bila kamu punya passion yang tinggi terhadap media sosial dan cara kerjanya, hal-hal di atas bisa kamu internalisasi dengan baik seiring pengalaman. Jika sudah demikian, konten buatanmu niscaya akan terasa berbeda dan lebih efektif dari milik orang awam.
Kebanyakan keterampilan yang dibutuhkan oleh profesi ini adalah soft skill yang diperoleh tidak hanya dari pembelajaran, namun lebih berkaitan erat dengan minat dan kepribadian. Jadi bila kamu berminat untuk menjadi manajer media sosial, kembangkan sisi soft skill milikmu dan berusahalah membentuk karakter yang tepat mulai dari sekarang.