Setelah ditelusuri riwayatnya, si pasien ternyata sering mengonsumsi obat sumatriptan dalam dosis besar atau 200 miligram setiap harinya. Obat ini diketahui untuk mengobati migrain.
Perubahan warna ini disebabkan oleh sulfhaemoglobin yang terbentuk ketika sebuah atom belerang masuk ke dalam molekul hemoglobin yang bisa disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi sejenis sulfonamida.
Ketika hidrogen sulfida (ion sulfida) dan ion besi bergabung dalam darah, maka darah tidak mampu membawa oksigen. Hal ini membuat jumlah sulfhemoglobin (SulfHb) dalam darah berlebih. Sementara darah merah terbentuk dengan bantuan oksigen.
Adler (21) mengaku dirinya mengalami kondisi kelainan medis ini selama empat tahun atau sejak ia berusia 17 tahun. Matanya tiba-tiba selalu menutup secara periodik dan akhirnya menutup sama sekali selama tiga hari.
Professor Justin O’Day dari bagian syaraf-oftalmologi Rumah Sakit Royal Victoria mengatakan kondisi ini disebut blepharospasm.
Pemeriksaan lebih lanjut cukup mengejutkan. Keegan diketahui mengalami chimerism, yakni kondisi saat ada bayi kembar di dalam rahim, namun kembar pertama ‘menyerap’ kembar lainnya hingga tersisa satu bayi saja. Akibatnya, embrio bayi pertama ini mengandung dua set DNA dalam tubuhnya.
Uniknya, para dokter sebenarnya sudah mengetahui keberadaan pensil tersebut bersarang dalam kepala Wegner selama lima puluh tahun. Namun, selama itu pula dokter menunggu saat yang tepat. Dulu teknologi belum memungkinkan untuk operasi dan takut merusak kepala Wegner.
Untuk diketahui, Wegner mengalami kecelakaan saat berusuia 4 tahun dan menyebabkan sebatang pensil masuk ke dalam kepalanya.
Kondisi ini diketahui telah berlangsung selama lebih dari 12 tahun. Menurut spesialis yang menangani kasus ini, kemungkinan disebabkan oleh kerusakan pada lobus frontal akibat demam.
Source : http://terselubung.blogspot.com/2013/06/5-kasus-kedokteran-paling-langka-di.html